
Judul: Japanoise: Music at the Edge of Circulation
Penulis: David Novak
Penerbit:Duke University Press
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 4.0 Internasional.
Noise, musik bawah tanah yang dibuat dari gabungan feedback, distorsi, dan efek elektronik, pertama kali muncul sebagai genre pada 1980-an, beredar melalui kaset yang diperdagangkan antara penggemar di Jepang, Eropa, dan Amerika Utara. Dengan suara yang tidak jelas dan menggetarkan telinga, disertai pertunjukan yang berlebihan, Noise telah menangkap imajinasi dari audiens transnasional yang kecil namun bersemangat. Untuk pendengarnya yang tersebar, Noise berkembang dan hadir dari tempat lain: di Amerika Utara, itu disebut “Japanoise.” Tapi apakah Noise benar-benar milik Jepang? Apakah itu diperhitungkan sebagai musik? Dan mengapa Noise menjadi metafora yang begitu menarik untuk kompleksitas globalisasi dan media partisipatif di pergantian milenium?
Noise, an underground music made through an amalgam of feedback, distortion, and electronic effects, first emerged as a genre in the 1980s, circulating on cassette tapes traded between fans in Japan, Europe, and North America. With its cultivated obscurity, ear-shattering sound, and over-the-top performances, Noise has captured the imagination of a small but passionate transnational audience. For its scattered listeners, Noise always seems to be new and to come from somewhere else: in North America, it was called “Japanoise.” But does Noise really belong to Japan? Is it even music at all? And why has Noise become such a compelling metaphor for the complexities of globalization and participatory media at the turn of the millennium?