Pengantar Redaksi
Pada 1 April 2020 salah satu Tim Muarasuara, Theo Nugraha, mewawancarai seorang komponis, musisi dan seniman bunyi asal Pontianak, Nursalim Yadi Anugerah. Yadi juga adalah etnomusikolog independen. Yadi telah berkolaborasi dengan masyarakat adat untuk menjaga dan menafsir ulang kultur musik mereka ke dalam bentuk komposisi musik baru. Sejak tahun 2014 ia juga menjadi direktur artistik Balaan Tumaan, kelompok dan laboratorium musik yang berbasis pada musik dan tradisi di Kalimantan. Wawancara ini dilakukan melalui aplikasi Skype. Berikut adalah hasil wawancara Muarasuara dengan Nursalim Yadi Anugerah perihal praktik berkaryanya.
Nursalim Yadi Anugerah

Komposer muda Indonesia kelahiran Pontianak. Ia belajar komposisi musik dengan Diecky K. Indrapraja (Indonesia) dan Gatot D. Sulistiyanto (Indonesia). Terinspirasi oleh kosmologi, sonologi, dan budaya masyarakat adat dari Kalimantan Barat, ia menjadi komposer dan multi-instrumentalis yang berbasis di Pontianak, yang terkenal karena pendekatannya yang khas dalam instrumentasi dan komposisi. Sebagai komposer dan ahli etnomusikologi DIY, Nursalim telah banyak berkolaborasi dengan musisi asli untuk melestarikan dan menafsirkan kembali musik mereka melalui komposisi baru. Selama tiga tahun ia berperan sebagai direktur musik untuk Balaan Tumaan Ensemble, sebuah lab kreatif yang berpusat di Pontianak dan grup pertunjukan yang terinspirasi oleh musik tradisional Kalimantan.
Nursalim Yadi Anugerah, was born in Pontianak – Indonesia , is a young Indonesian composer. He studied composition with Diecky K. Indrapraja (Indonesia) and Gatot D. Sulistiyanto (Indonesia). Inspired by the cosmology, sonology, and culture of indigenous people from West Kalimantan (Borneo), Nursalim Yadi Anugerah is a Pontianak-based composer and multi-instrumentalist, well known for his peculiar approach to instrumentation and composition. As a composer and DIY ethnomusicologist, Nursalim has collaborated extensively with indigenous musicians to preserve and reinterpret their music through new compositions. He has also served for three years as the music director for the Balaan Tumaan Ensemble, a Pontianak-based creative lab and performing group inspired by traditional Kalimantan music