Pada hari Sabtu, tanggal 7 Maret 2020, Juan Arminandi, seorang musisi dan komposer yang berbasis di Pontianak, Kalimantan Barat, mempresentasikan karyanya di Forum Lenteng. Sejak tahun 2018 ia mulai merancang sebuah instrumen musik sendiri. Terinspirasi dari instrumen musik tradisional Kalimantan, yakni sape dan selodang, ia membuat instrumen baru yang dinamakannya
Duo asal Samarinda, Sarana berkolaborasi dengan seniman asal Yogyakarta, Mahamboro dalam mengolah suara melalui perangkat sequencer, pedal effect dan piezo. Dengan perangkat yang disusun ditengah panggung tersebut mereka menciptakan suara ambient yang memenuhi ruangan. Untuk memberi efek dramatik pada pertunjukan, mereka memiliih untuk menggelapkan ruangan ditengah aksinya. Seolah mereka membiarkan
Kok Siew Wai seniman bunyi asal Malaysia yang mengeksplorasi olah vokalnya berkolaborasi dengan seniman bunyi Samarinda, Theo Nugraha yang hadir dipanggung selang beberapa menit awal Siew Wai membuka pertunjukkannya. Sementara Siew Wai bereksplorasi vokal dengan pengucapan dan gerak bibirnya, Theo meresponnya dengan instrument dawai yang dipetik, digaruk dan digesek. Sepanjang
Pada tanggal 27 September 2019 di Gedung Rinjani, Taman Budaya Samarinda, Kalimantan Timur, Naoto Yamagishi menampilkan sebuah karya yang mengeksplorasi perkusi dan mengajak penonton memikirkan ulang bagaimana seperangkat drum dimainkan. Dalam praktiknya, Naoto mengolah kemungkinan suara yang dihasilkan oleh drum dengan teori dasar fisika mengenai suara: bunyi dihasilkan melalui getaran
Ketimbang presentasi di atas panggung seperti para performer lakukan sebekumnya, Lintang memilih untuk mengolah perangkat synthnya di luar gedung Rinjani. Semua penonton bergerak keluar ketika Lintang telah memulai memindahkan kabel-kabel modul pada perangkatnya. Ritme serupa kode-kode morse mengawali olahan suaranya untuk diambil sampelnya agar bisa dikombinasikan dengan suara lainnya yang
Seseorang mendorong troli seraya berkeliling di atas panggung. Tiap roda troli melewati permukaan panggung yang tidak rata, saat itu juga dengung suara terdengar di penjuru ruangan. Penonton bisa menduga suara itu berasal dari troli yang terguncang tiap kali melewati permukaan yang tidak rata. Rambatan suara guncangan itu diamplifikasi melalui piezo
RxV tampil pada giliran kedua pada malam pertama perhelatan Festival Muarasuara, untuk menunjukkan hasil eksperimentasinya selama satu tahun menggeluti bunyi-bunyi Noise di Samarinda. Ia berkolaborasi dengan AGDG, pelaku musik eksperimental asal Padang Panjang, Sumatra Barat, yang menunjukkan potensi bunyi khas minang dari seperangkat pedal efek yang mereka rakit. Selain mengolah