Dea Karina

Dea Karina adalah pelaku seni bunyi yang berbasis di Jakarta dan Yogyakarta. Beberapa karyanya dipresentasi dengan nama Dea Karina atau d3k4. Ia menggunakan berbagai metode dan instrumen dalam produksi karyanya, seperti “mencuri” siaran radio, cigarbox guitar, DIY synthesizers, an analog synth, microphones & contact mics, effect pedal(s), looper(s), dan DAWs.

Ia juga mempunyai proyek eksperimental bersama The Doll bernama Tujuh Kuda. Tujuh kuda adalah duo eksperimental womxn yang tinggal di London (DK & The Doll) yang menciptakan transmisi ambient yang bising. Mereka sering ditemukan sedang piknik di taman umum dengan dutar Uzbek, perekam, mikrofon T-Pain, mini amps, contact mic, dan berbagai potongan detritus.

Selain itu, ia juga menginisiasi Capribent, sebuah proyek musik elektronik dan eksperimental, bersama produser musik MVRCK. Terbentuk secara jarak jauh lewat percakapan via WhatsApp dan sesi barter file via WeTransfer, keduanya sepakat menjadikan Capribent sebagai outlet untuk bereksperimen dengan memadukan ciri khas masing-masing proyek.

Dea Karina menyelesaikan pendidikan pasca-sarjana di London School of Economics and Political Science, dengan desertasi mengenai penggunaan mainan anak-anak yang bersifat elektronik yang telah usang sebagai instrumen untuk memproduksi suara. Praktik ini merupakan perlawanan pada produsen mainan yang mematok usia yang pendek pada benda produksinya agar para konsumen memperbarui benda miliknya.

Berikut adalah abstraksi desertasinya:

The current asymmetric power relations of the global waste chain between the Global North and Global South and the productivist bias in media and communications scholarship has prompted research on the creative repurposing of obsolete devices through the art of circuit-bending. With adopting a social movement approach assisted with STS studies that acknowledge sociocultural discourses of technology, this study analyzes how circuit- bending transits from a hobbyist activity to resistance against planned obsolescence and the logics of capitalism. Through semi-structured interviews, this research recruited six Global North and six Global South circuit-benders selected through snowball and purposive sampling. It bases the methodological design on Hollander & Einwohner’s elements of resistance: action and opposition, recognition, and intent. The analysis utilized Attride-Stirling’s six-step analytical technique. It was found that circuit-bending act as resistance against planned obsolescence and capitalist logics by supporting each other in opening the black boxes of technology, being productive citizens by recycling and contributing to culture and science, resisting established markets and its logics controlled by conventional white- collar capitalists, rejecting the enchantment of capitalism’s aesthetics of ‘progress’, and resisting the foundation of colonialism that is mercantilist capitalism. ^[1]diakses dari https://www.deakarina.net/circuitbending-politics pada tanggal 10 Januari 2021

 

View this post on Instagram

 

A post shared by muarasuara (@muarasuara.id)

Tujuh Kuda live in the Noise Shed at Sonic Grave ‘Smash it Out’ alldayer, The Windmill Brixton 10 Aug 2019.