Seseorang mendorong troli seraya berkeliling di atas panggung. Tiap roda troli melewati permukaan panggung yang tidak rata, saat itu juga dengung suara terdengar di penjuru ruangan. Penonton bisa menduga suara itu berasal dari troli yang terguncang tiap kali melewati permukaan yang tidak rata. Rambatan suara guncangan itu diamplifikasi melalui piezo yang ditempel pada troli, yang juga terhubung pada pedal-pedal efek yang ditata dalam troli agar menghasilkan suara benturan yang tidak biasa. Semakin lama, ia mendorong troli itu semakin cepat, yang membuat suara benturan semakin intens hingga kemudian ia berhenti. Tidak puas dengan suara guncangan akibat permukaan panggung, ia melanjutkan dengan memukul-mukulkan telapak tangannya pada troli dengan gestur yang dramatis sebagai upaya menciptakan suara guncangan yang berbeda. Kejadian ini terus berlanjut hingga ia mengguncang-guncangkan troli sembari mengatur knop-knop pedal efek untuk meningkatkan konflik dalam produksi bunyinya hingga dengungnya kian memekak seisi ruangan. Konflik kepekakan itu menjadi klimaks pertunjukan oleh Jeritan, pelaku Harsh Noise pada malam Festival Muarasuara, 27 September 2019, di Taman Budaya, Samarinda.
Someone with a trolley who was traveling around on the stage. each trolley wheel hit the uneven surface of the stage, at that moment the hum of sound was heard throughout the room. The audience could guess that the sound came from a trolley that was shaken every time it went through an uneven surface. Propagation The sound of the shock is amplified through the piezo attached to the trolley, which is also connected to the effect pedals arranged in the trolley which are intended to produce an unusual impact sound. Increasingly, he pushed the trolley faster, which made the crashing sound even more intense until he stopped. Not satisfied with the sound of the shaking, he continued by banging his palms on the trolley with a dramatic gesture in an effort to create a different sound. This incident continued until he shook the trolley while adjusting the effect pedal knobs to increase the conflict in the production of the sound until it screamed the entire room. The multitude of sounds that clash with the room’s acoustics became the climax of the performance by Jeritan, the Harsh Noise performer on the Muarasuara Festival night, 27th of September, 2019, at the East Kalimantan Cultural Centre.

Jeritan
Jeritan adalah unit proyek experimental noise dari Faturrahman Alifadzri Arham (lahir 1992, Samarinda) yang didirikan pada tahun 2014. Berasal dari Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Jeritan memulai debut awalnya pada saat berkolaborasi bersama Theo Nugraha dengan menghasilkan 2 (dua) track yaitu, “Obituari” dan “di Kala Kalian Terlelap”. Jeritan memainkan improvisasi bebunyian melalui perangkat elektronik dan sample suara dengan berbagai unsur pengaruh music seperti harsh noise,music elektronik, metal, hardcore, grindcore, hip-hop, free jazz, ambient/drone, dan spoken word. Karyanya berkisar dari rilisan berupa album, split, dan kolaborasi,dalam karya-karyanya kebanyakan bertemakan tentang sosial, emosi, masalah mental, dan film horror yang hampr sebagian besar dirilis melalui label rekaman bentukannya sendiri yaitu Hirang Records, yang berdiri sejaktahun 2015. Jeritan kiat tampil pada perhelatan yang berskala Nasional maupun Internasional, seperti Senandung Rusak, Jogja Noise Bombing Fest 2018, Distorsi Lahir Batin #3, dan pada tahun 2019 telah menjalani tour ke Singapura, Malaysia, dan Batam.
Jeritan is a unit project experimental noise by Faturrahman Alifadzri Arham ( Born in 1992, Samarinda) which was founden in 2014. Born form Samarinda City, East Borneo. Jeritan made intial debut when collaborated with Theo Nugraha and producing 2 (Two) tracks, “Obituari” and “di Kala Kalian Terlelap” Jeritan playing improvisation sound trough electronic devices and sound sample with various elements of music such harsh noise,electronic music, metal, hardcore, grindcore, hip-hop, free jazz, ambient/drone, and spoken word. His work ranged from album, split and collaboration, in his work mostly about social, emotional, mental issues, and horror film which are mostly release through his own label, Hirang Records, which was established in 2015. Jeritan show his performance with many scale, Nation or International, such Senandung Rusak, Jogja Noise Bombing Fest 2018, Distorsi Lahir Batin #3, and in 2019 he has tour to Singapore, Malaysia, and Batam.